Opini – reaksipress.com – Tepat hari Rabu, 17 Februari 2021 Bupati Maros, Ir. H. Hatta Rahman, MM dan Wakilnya Drs. H. Harmil Mattotorang, M.M memasuki masa purna bakti. 10 tahun memimpin kabupaten yang diberi julukan Buttasalewangen artinya negeri yang damai.
Penulis 10 tahun jadi warganya, lalu dengan itu mengikuti maju serta berkembangnya kabupaten pemilik Bandara Hasanuddin dan Taman Wisata Bantimurung. Kontribusi penulis terhadap Bupati, secara tak langsung yakni mempertemukan dan Ia duduk berdampingan dengan Kapolda Sulsel Irjen Pol Dr. Anton Charilan, MPKN saat persemian masjid Da’i Kamtibmas 06-06-2016.
Pada hal waktu itu seorang perwira menengah di Mapolda melarang penulis memberikan kesempatan Bupati Maros untuk memberi kata sambutan peresmian masjid. Cukup Kapolda saja. Tatapi penulis tidak melaksanakan larangan tersebut. Sebabnya penulis tuan rumah dan berhak mengatur acara peresmian.
Maklum saat itu, sebuah isu kasus menerpa bupati saat pencalonan ke dua kalinya. Tetapi efek pertemuan tersebut, kemudian tercatat dua kali setelah peresmian. Kapolda hadir di Maros. Yakni undangan untuk buka puasa bareng di rumah jabatan dan peringatan hari jadi Maros. Lalu Bupati Maros diberi penghargaan yang sama penulis diberikan oleh Kapolda yakni Honorary Police.
Usai bupati hadir di acara penulis. Kamudian proposal rumah damping penulis yang sudah lama teronggok di meja Bupati tiba-tiba cair. Tetapi memang ajudannya membisik waktu hadir diperesmian masjid, “Ustadz, kayanya cair nanti dana proposalta,” ucapnya waktu itu. Dan betul, dua hari kemudian penulis ditelpon oleh bendahara pribadi Bupati untuk menerima dana sebesar 5 juta.
Inilah dana pertama dan terakhir yang Bupati Maros berikan hingga akhir masa jabatannya. Meskipun menjelang penulis menyelesaikan S2 sempat mengajukan proposal, tetapi nasib proposal permohonan beasiswa penulis tak seberuntung dengan proposal rumah damping.
Namun demikian, penulis tetap mengucapkan banyak terima kasih. Sebab pada masa kepemipinannya seluruh jalan yang penulis lewati untuk pergi berdakwah di Lapas Kabupaten Gowa, lewat Kecamatan Tanralili sudah mulus. Juga jalan ke Kampung Ibu Mertua Penulis Desa Pettanyaman Camba juga mulus.
Ini kesan penulis dengan bupati. Sementara wakilnya Drs. H. Harmil Mattotoran, MM. Yakni saat beliau memberi kesempatan penulis untuk menggantikanya sebagai pemateri penyuluhan narkotika di Kecamatan Mandai dan Lau. Maklum ia wakil bupati jabatanya juga merangkap sebagai Ketua BNNK Maros.
Andi Tawakkal yang mengudang penulis waktu itu. Sebab ia kepala Mensprit yang membuat program pencegahan narkotika. “Ustadz, nasukaki Wakil Bupati. Sebab ia tahu bahwa kita berdakwah hanya pengabdian. Bukan mencari materi. Hingga itu, nakasiki juga jadwalnya untuk mengisi.” ucap adik mantan bupati Maros Andi Najamuddin.
Ketika Andi Tawakkal meminta pensiun dini dan tak lagi menjabat di Mensprit. Penulis tak pernah lagi diundang Pemda untuk mengisi penyuluhan bahaya narkotika. Yang penulis sedih, justru pemateri yang mengisi setelahnya adalah sosok yang tidak punya latar belakang aktivis narkotika. Ia sosok yang banting setir setelah pensiun. Lalu masuk menjadi pemateri, sebab seluruh staf di Menprit koleganya.
Anggarannya 7 juta selama satu tahun pemateri narkotika di Pemda Maros. Kalau dana tersebut, penulis diberikan dengan kesempatan mengisi materi. Maka dana 7 juta itu digunakan biaya mencetak buku DANI (Da’i Anti Narkotika). Lalu saat mengisi materi buku tersebut dibagi gratis kepada peserta penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkotika. Penyuluhan menggunakan media baca, lebih efektif dari pada pidato.
Tidak ada pemimpin sempurna saat memimpin. “Maumi nubissai seddi wae tasi, denna ulle lesang” Artinya: sekalipun dicuci dengan seluruh air laut tidak akan hilang kenangan dan kesan baik kepemimpinan mareka berdua. Mereka telah memberi warna sejuk di Kabupaten Maros selama 10 tahun. Sejak 17 Februari 2011 hingga 17 Februari 2021.
Olehnya itu, Nabi Muhammad saw mengajarkan umatnya untuk pandai berterima kasih.
من لم يشكر الناس لم يشكر الله.
“Siapa yang tidak berterima kasih pada sesama manusia, berarti ia tidak bertarima kasih pada Allah.” HR. Tirmidzi dan Ahmad.
Terima kasih Bapak Bupati Ir. H. Hatta Rahman, MM dan Wakilnya Drs. H. Harmil Mattotorang, MM. Hanya Allah yang dapat membelas dengan kebaikan pengabdian anda berdua untuk kabupaten tercinta ini.
Tugas Bupati Maros Terpilih.
Seyogyanya Rabu, 17 Februari 2021 Bupati Maros terpilih A. S. Chaidir Syam dan Wakilnya Hj. Suhartina dilantik. Namun menurut Gubernur Sulsel Prof. Nurdin Abdullah bahwa balum ada surat keputusan dari Menteri Dalam Negeri terkait halnya pelantikan bupati dan wakil. Hingga hal itu, menunda pelantikan dan selaku pejabat sementara bupati dijabat oleh Sekda Maros yakni Andi David.
Bupati H. Hatta Rahman, MM. telah membangun banyak fisik di Maros. Terutama jalan, pasar, kantor dan sarana umum lainnya. Tugas dari penggantinya adalah membangun jiwa atau mental dan moral rakyat maros. Sebab berbahaya jika moral rakyat yang keropos, maka apa yang telah dibangun dulu akan runtuh dan rusak tak berbekas.
Bahkan sebenarnya, kaidah dari lagu Indonesia Raya lebih dahulu disebut bangun jiwa dari pada bangun badan. “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya.” ini liriknya.
Karena itu, bupati terpilih wajib buat program untuk membangun moral. Utamanya moral agama. Merangkul tokoh agama adalah solusi jalan menuju membangun jiwa. Penulis hadir dipertemuan dengan tokoh agama, pengurus Majelis Ulama Kabupaten Maros dengan Wakil Ketua DPRD Provinsi Muzayyin Arif di Kantor DPRD Provinsi. Sebelum ke Kator DPRD, para pengurus MUI Maros ke Ketua MUI Provinsi yakni AG. Dr. H.M. Sanusi Baco, Lc juga memohon saran tentang maros religi seperti apa petujuk beliau?
Pengurus MUI khusus datang ingin meminta saran disebabkan ada hal yang menjadi jargon bupati terpilih. Yakni KEREN, di huruf R diartikan religi. Pengurus MUI Maros yaitu Ustad Ilyas, S.Ag juga mengundang penulis untuk memberi kontribusi pemikiran, ide tetang apa itu Maros religi?
Penulis mengatakan, salah satu kriteria maros religi adalah tidak adanya peredaran miras. Hingga tidak ada yang minum-minum dengan menampakkan secara terbuka pada masyarakat. Sebab sering ada warga Maros, ia live atau update status sedang atau selesai minum miras di wilayah tanggul kota. Terutama dekat pasar lama.
Maros religi sangat pantas. Sebab pesantren terbanyak di Sulsel berada di maros. Hingga penulis pernah menyampaikan ucapan tegas di kantor DPRD Maros saat rapat. Terkait warga Maros yang pulang kampung dari Doli Surabaya. Lalu kemudian, ada kecurigaan ingin memindahkan tempat lokalisasinya ke Maros.
“Tak boleh ada tempat maksiat di sini pak, Maros ini kabupaten paling banyak pesantrennya dan banyak ulama lahir di sini. Kalau betul ada tempat lokalisasi yang ingin di bangun eks pemilik kafe doli itu. Maka sia-sia hasil pendidikan kita di pesantren 3 tahun tsanawiah dan 3 tahun aliyah. Lalu karena adanya tempat lokalisasi di kota kita, maka hasil pendidikan bertahun-tahun itu lenyap bekasnya hanya satu malam ia berada di tempat maksiat itu.” Ini argumen yang penulis utarakan.
Hadir saat itu Katua DPRD Maros yang saat ini terpilih menjadi bupati, Komandan Kodim, dan Kapolres Maros waktu itu. Pasca rapat itu, beberapa hari kemudian lokasi yang dicurigai akan menjadi tempat lokalisasi disidak oleh Bupati, Ketua DPRD, Kapolres dan Komandan Kodim beserta beberapa tokoh agama dan masyarakat. Anehnya pemilik lokasi melarikan diri menuju bandara untuk terbang keluar kota.
RAMPEI GOLLA KURAMPEKO KALUKU. INGAT BUDI BAIKNYA PASTI DIINGAT JUGA BUDI BAIKMU
Kajian Dai Kamtibmas/Penyuluh Agama Islam Non PNS/DANI-Dai Anti Narkotika/DASI (Da’i Siber Indonesia) BY: Hamka Mahmud Seri 640 HP: 081285693559