Menyisir pulaun Baubau Buton dari ujung daratan hingga pelabuhan dengan kapal air, tampak kota dengan ciri pantai begitu panjang, pulau ini dalam garis peta ia berada di “kaki” Sulawesi, mengenalkan raja pertama Buton bernama Putri Wa Kaa Kaa dengan patung berukuran 20 meter di pelabuhan Murhum Bau-Bau.
Raja dengan simbolik Patung perempuan bernuansa Mongol Muslim dengan tangan melambai dan tongkat pada tangan kiri yang disinari cahaya emas, terasa ramah dan mengucapkan selamat datang.
Disampaikan Bapak Ari (50) kepada Jurnalis Reaksi Press , bahwa “patung ini di bangun sejak 1972 “, dan tokoh Budayawan Buton La Ode Aslam Azis menjelaskan maksud ekspresi patung “ itu menunjukkan bentuk simbolisasi identitas keakraban dalam nilai sosial, Penduduk setempat menyebutnya Patung Murhum Kota Baubau menyesuai dengan nama pelabuhan tersebut”.Ucapnya.
Buton dalam napak tilas sejarah merupakan daerah yang tanpa pernah dijajah sebagaimana daerah lain di nusantara, dan samping pelabuhan Pantai Kamali yang lerar damai namun padat pengunjung jelang sore, tempat tersebut menjadi semisal area Taman Bermain Anak dan ramai Kaki lima dan kuliner sepanjang pantai kota.
Waktu Liputan jelang Maghrib pak Imam masjid Raya Baubau mengisahkan pesan religi daeran ini, bahwa pemahaman di sini menguatkan istilah “Al Farisi”, semisal simbolisasi pada gelar yang disematkan pada kelompok Islam pertama kali dalam Aristokrasi Kesultanan Buton yang berjuang menegakan agama dari masa ke masa”. Itulah yang menjadi pesan kepada komunikan bahwa Kesultanan Buton merupakan Kesultanan yang menegakan Syariat Islam dengan sangat kuat yang mengakar dalam sendi pemerintahan maupun kehidupan social.
Patung Murhum tegak berdiri menatap laut, mengabadikan tegaknya syariat Islam sebagai Hukum di Baubau Buton_
Tulis : Sang baco_Reaksipress
© Copyright 2023, Semua hak dilindungi undang-undang. Materi ini tidak boleh dipublikasikan, disiarkan, ditulis ulang, atau didistribusikan ulang tanpa izin.