Artikel.Budaya- reaksipress.com -Tradisi unik Suku Bugis Ketika hendak pindah rumah, tak seperti suku lain, biasanya yang dilakukan hanya memindahkan isi dalam rumah. Namun bagi orang Bugis tidaklah demikian, bangunan rumahnya pun sekalian dipindahkan.Pindah rumah menurut mereka ialah memindahkan rumah seutuhnya ke lokasi yang baru. Biasa disebut dengan Mappalette Bola, rumahnya bener-bener dipindahkan tanpa membongkar apapun
Rumah adat Suku Bugis dengan bahan dari kayu, sehingga saat mereka pindah, rumah berbentuk panggung ini bisa digotong ke lokasi yang baru,
Pemindahan rumah sebuah perhelatan budaya gotong royong warga se-kampung yang saat ini sudah sangat jarang dijumpai. Pengangkatan rumah panggung, dikomandoi oleh ketua adat atau kepala kampung. Kepala kampung akan memberikan aba-aba kapan seluruh warga harus mengangkat rumah, berjalan, berapa kecepatan langkah, dan sebagainya.
Apa rumah digotong seisinya? Tentu tidak. Sebelum rumah dipindahkan, pemilik akan terlebih dulu mengosongkan barang-barang dan perabotan di dalam rumahnya
Sama halnya dengan pindah rumah secara awam, akan ada beberapa persiapan sebelum benar-benar pindahan. Terlebih dulu, pemilik akan mengosongkan perabotan rumah tangga yang mudah pecah dan bergerak seperti piring, kaca, dan barang-barang elektronik. Sementara isi rumah yang besar seperti lemari, kasur, atau barang yang merepotkan bila dikeluarkan akan tetap berada di dalam, dengan catatan tidak menambah beban yang signifikan ketika diangkat.
Setelah bagian dalam rumah dikosongkan, kemudian tiang-tiang yang ada di bawah rumah panggung ini dipasangi bambu sebagai penahan sekaligus pegangan untuk menggotong. Sama pula seperti saat membangun rumah, ada serangkaian upacara adat yang harus dijalankan oleh Suku Bugis. Sejauh ini mereka masih melaksanakannya lantaran adanya rasa takut akan adanya bahaya bila upacara adat tidak dilaksanakan dan dianggap sebagai pelanggaran adat.
Tradisi ini melibatkan puluhan bahkan ratusan warga kampung untuk membantu memindahkan rumah ke lokasi yang baru.
Semua yang ikut dalam proses pemindahan rumah adalah kaum laki-laki, sedangkan kaum hawa bertugas untuk memasak makanan.
Ada dua jenis makanan yang disajikan untuk para laki-laki yang melakukan pemindahan rumah ini. Bahkan makanan saja ada aturan dari adat mereka lho, Indonesia memang kaya akan tradisi ya. Makanan yang disajikan sebelum proses memindah rumah ialah kue-kue tradisional khas Suku Bugis seperti bandang, barongko, suwella, bersama dengan teh atau kopi.
Makanan kedua akan disajikan setelah proses pemindahan rumah selesai, yakni berupa masakan sup saudara yang juga merupakan salah satu makanan khas Sulawesi Selatan. Selain itu, juga turut disajikan juga berbagai masakan dari ikan bandeng yang dibumbui saus kacang. Pindah rumah berarti pesta bagi mereka.
Tradisi gotong royong yang terwujud dalam pindah rumah ini tak mungkin dilakukan oleh orang yang tinggal di rumah modern yang permanen dan terbuat dari semen. Tradisi ini begitu unik dan memperlihatkan betapa kayanya budaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Rumah-rumah orang Bugis-Makassar dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu bagian bawah (kolom), tengah, dan atas. Sebagian besar aktivitas rumah tangga dilakukan di bagian tengah yang dalam istilah orang Bugis disebut ale bola, atau kale balla’dalam Bahasa Makassar.
Sementara bagian atas yang letaknya di antara langit-langit dan atap disebut rakkeang(Bugis) atau pammakkang (Makassar). Pembagian ini berdasarkan pandangan kosmologi orang Bugis-Makassar yang menganggap alam semesta terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah.
Kerangka rumah terdiri dari tiang dan balok yang dirangkai tanpa menggunakan paku. Tiang-tiang penyanggah rumah biasanya dibuat dari kayu pilihan yang kuat. Tiang-tiang rumah ini ada yang dipancang ke dalam tanah, sementara yang lainnya hanya diletakkan di atas batu dengan perhitungan keseimbangan yang akurat.
Untuk mengangkat rumah panggung ini, diantara tiang-tiang pancang rumah (aliri) yang terbuat dari kayu pilihan akan dipasang bambu dengan tinggi dari tanah sekitar 1,5 meter yang nantinya akan digunakan sebagai pegangan untuk mengangkat rumah.
Kemudian bambu diletakkan dipundak dengan posisi pundak yang menunduk, dan ketika ada aba-aba dari tetua adat, badan ditegakkan dan rumahnya pun terangkat dari situlah perjalanan pindah rumah dimulai.
Tak lupa untuk memperlancar pindahan rumah, imam dari kampung akan mimpin ma’baca doang (membaca doa) guna memohon izin untuk diberi kemudahan dalam melaksanakan prosesinya.
Ketika para lelakii disibukkan dengan menggotong rumah, maka peran ibu-ibu dan pra gadis ialah menyiapkan logistik. Logistik terbagi dua, sebelum prosesi pindah rumah dihidangkan kue-kue tradisional Bugis seperti bandang, baronggo, suwella, dan masih banyak jenis lain ditambah minuman berupa teh atau kopi. Sementara makanan berat baru dihidangkan setelah misi memindahkan rumah yang telah dituju berhasil dilakukan.
Seperti dengan upacara adat lainnya, tradisi Mappalatte Bola akan diikuti dengan pra-pasca acara. Sebelum rumah dipindahkan, ada beberapa persiapan yang dilakukan demi kelancaran proses pemindahan.
Persiapan tersebut dengan mengadakan selamatan yang berisi, panjatan doa yang dipimpin ketua adat, menurunkan perabotan rumah tangga untuk mengurangi berat beban rumah, dan memasang bambu di bagian awa bola sebagai pegangan warga ketika menggotong rumah.
Selain itu, pemilik rumah juga akan menjamu para warga yang akan ikut membantu pada saat sebelum dan sesudah rumah dipindahkan. Pemindahan rumah nantinya akan didampingi oleh ketua adat yang memberikan arahan kepada warga.
Suku yang menurut catatan sensus dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, memiliki jumlah populasi sekitar 7 juta orang ini; menganggap rumah sebagai hal sakral, di mana rumah merupakan tempat bersejarah yang merujuk sebagai tempat mereka lahir, menikah, berkegiatan sehari-hari, dan meninggal.
Penulis : Sang Baco
© Copyright 2023, Semua hak dilindungi undang-undang. Materi ini tidak boleh dipublikasikan, disiarkan, ditulis ulang, atau didistribusikan ulang tanpa izin.