Maros – reaksipress.com – Sejumlah sekolah di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, sudah membolehkan siswanya masuk. Hanya saja, jadwal masuk sekolah dilakukan tidak setiap hari atau selang-seling. Siswa juga tidak mengenakan seragam sekolah sebagaimana biasanya.
Kondisi ini juga diakui oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Maros,
Ir. H.Takdir. D., MM. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah sekolah dibeberapa kecamatan memang mulai membolehkan sekolah tatap muka. Namun hal itu bukan karena atas instruksi dari Dinas Pendidikan.
“Sebenarnya tidak ada perintah seperti itu. Karena kita kan belum ada edaran resmi dari bupati dan gubernur. Tapi mungkin karena ini zona hijau dan anak-anak sudah mau ujian semester,” kata Takdir saat dikonfirmasi wartawan reaksipress.com via whatsapp, Ahad (22/11/2020).
Adapun sekolah yang buka berada di kecamatan yang terkendala internet.
Takdir mengungkapkan sekolah-sekolah yang sudah melakukan belajar tatap muka umumnya berada di Kecamatan Camba, Mallawa, Cenrana, dan Tompobulu.
Ke-empat kecamatan ini, kata dia, memang termasuk daerah yang sulit mendapatkan jaringan internet.
Dinas Pendidikan setempat pun maklum dengan kondisi itu. Meskipun tidak ada edaran resmi bahwa sekolah sudah boleh dibuka, namun Dinas Pendidikan tak ingin serta merta memberikan sanksi.
“Tidak. Saya kira kalau yang seperti itu kalau kita mau kenakan sanksi lagi wah orang ke pasar saja sudah biasa. Ini anak-anak orangtuanya yang mendesak semua,” kata Takdir.
Kadis Pendidikan itu mengaku iba dengan kondisi murid di sana. Selain karena di kecamatan tersebut terkendala sinyal juga karena tidak pernah ada kasus COVID-19 di wilayah setempat.
“Jadi bukan lewat online. Setengah mati kalau tidak datang siswanya. Banyak di gunung. Jadi itu yang dia lakukan. Inisiatif sendiri saja karena kondisi Maros kan sudah zona hijau,” kata Takdir.
Selain itu, Takdir juga menambahkan bahwa “sudah banyak desakan dari orangtua untuk mengaktifkan kembali sekolah tatap muka. Menurutnya, selama ini orang-orang hanya melihat hal itu sebagai pelanggaran tanpa melihat kesulitan yang dialami orangtua siswa di rumah” bebernya.
“Orangtua rasakan susahnya apalagi kalau dua atau tiga anaknya tapi HP yang mau dipakai belajar cuma satu. Itu kan sulit sekali, pasti ketinggalan, apalagi kalau yang TK bagaimana caranya belajar jarak jauh,” kata Takdir.
Takdir mengatakan, ada kondisi-kondisi tertentu yang memang sulit sekali menerapkan pembelajaran jarak jauh, seperti di kecamatan-kecamatan tersebut. Pihaknya juga sebenarnya sudah ingin sekali menerapkan belajar tatap muka hanya saja belum memungkinkan.
“Sebenarnya saya sudah bersurat ke bupati sama Dinas Kesehatan. Tapi rupanya belum ada jawaban. Mungkin mereka menunggu bahwa apakah ini betul-betul posisi nol,” tutup Takdir.
Laporan Wartawan : Guntur Rafsanjani.